Friday, April 4, 2014

22 Gunung Berpotensi Bahaya


Thursday, April 3, 2014

BMKG: Indonesia aman dari dampak tsunami Cile


Kamis, 3 April 2014 12:44 WIB

Kerusakan akibat gempa berkekuatan 8.0 Skala Richter terlihat di pertokoan di kawasan Arica, Chile (2/4), Pusat gempa berlokasi di pantai utara Chile 83 Km dari kota Iquique pada kedalaman 10 km. (AFP PHOTO / christian jamett)
Jakarta (ANTARA News) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan wilayah Indonesia aman dari dampak tsunami yang disebabkan gempa bumi di Cile pada Rabu (2/4) pagi.

"Subuh tadi informasi yang kami dapat tinggi gelombang di Pulau Solomon dan Vanuatu yang lebih dekat dengan Cile mencapai 0,50 meter, jadi Indonesia cukup aman," kata Kepala BMKG Andi Eka Sakya di Jakarta, Kamis.

Hal itu dikatakan Andi usai menerima kunjungan Menteri Infrastruktur dan Lingkungan Belanda Melisa Schultz Van Haegen terkait kerjasama Belanda dengan Indonesia.

Andi mengatakan, gempa bumi dengan kekuatan 8,2 skala richter yang terjadi di Cile telah menimbulkan tsunami setinggi 1,92 meter di wilayah pesisir Chili, Peru, Ekuador, Kolombia, Panama, Kosta Rika dan Nikaragua.

"Kita langsung melakukan simulasi seberapa jauh gelombang itu berdampak ke Indonesia, prediksi kita kurang dari 0,5 meter," kata Andi.

Indonesia Tsunami Early Warning Center (InaTEWS) di BMKG juga mengeluarkan peringatan dini tsunami yang akan melanda beberapa wilayah di Indonesia.

Peringatan dikeluarkan berdasarkan analisis penjalaran tsunami. Ada 115 lokasi di kabupaten/kota dari 19 provinsi di Indonesia akan berpotensi terjadi tsunami.
Tinggi potensi tsunami 0-0,5 meter dan diperkirakan waktu kedatangan tsunami pada Kamis (3/4) pukul 05.11 WIB hingga 19.44 WIB.

"Gempa itu kita lihat tidak berpengaruh ke Indonesia karena jaraknya jauh dan gelombangnya juga kecil," jelas dia.

BMKG juga menyatakan peringatan dini tsunami tersebut berakhir untuk seluruh wilayah Indonesia pada pukul 08.30 WIB.


Editor: Unggul Tri Ratomo

Wednesday, April 2, 2014

Early Warning

Tsunami Chile Diperkirakan Tiba di Indonesia Besok Pagi

  • Rabu, 02 April 2014 11:46


Pergerakan gelombang Tsunami Chile (wcatwc.arh.noaa.gov)

Liputan6.com, Iquique- Gempa berkekuatan besar 8,2 skala Ritcher (SR) mengguncang Iquique di pesisir utara Chile. Beberapa menit kemudian, gelombang tsunami dengan ketinggian sekitar 2 meter menerjang kawasan tersebut.

Tsunami diperkirakan akan kembali terjadi di negara tersebut beberapa jam kemudian. Karenanya, Menteri Dalam Negeri Chile, Rodrigo Penailillo memberlakukan peringatan tsunami di wilayah pesisir tetap disiagakan selama 6 jam setelah gempa dahsyat mengguncang.

Namun gelombang air tinggi itu tak hanya sampai ke Chile, tapi juga negara tetangga Peru, bahkan sampai ke Australia dan Indonesia.
Dalam peta pergerakan arus tsunami yang dilansir National Tsunami Warning Center atau Pusat Peringatan Tsunami Amerika Serikat pada situs http://wcatwc.arh.noaa.gov/, Rabu (2/4/2014), gelombang tsunami akan tiba di Papua pada Kamis 3 April pagi, waktu Indonesia.

Gempa 8 SR terjadi di Chile pada Selasa 1 April sekitar pukul 20.46 waktu setempat atau 06.46 WIB. Gelombang ini diperkirakan akan mencapai Papua 22 jam kemudian atau Kamis pagi sekitar pukul 04.46 WIB. 

Badan Geologi Amerika Serikat (USGS) melaporkan gempa di Iquique, Chile, itu sangat dangkal dengan kedalaman 10 km terjadi di bawah dasar laut dengan, tepatnya di titik 99 km barat laut pelabuhan pertambangan Iquique, dekat perbatasan Peru, sekitar pukul 20.46 waktu setempat.

"Gempa itu sangat kuat. Guncangannya sampai ke La Paz, ibukota Bolivia yang jaraknya 290 mil (sekitar 466 km). Ibukota seperti diguncang gempa 4,5 SR," ujar otoritas setempat seperti dimuat New York Post.

Gubernur Iquique, Gonzalo Prieto, menyatakan sejauh ini ada 2 orang tewas dan 3 lainnya terluka. Selain itu, beberapa rumah dilaporkan rusak parah akibat guncangan gempa besar dan hantaman ombak.

Chile adalah negeri yang sering diguncang lindu. Pada 22 Mei 1960, gempa dengan kekuatan 9,5 SR mengguncang. Sebanyak 1.655 orang terbunuh. Tsunami yang diakibatkan gempa ini juga menewaskan 68 orang di Hawaii, 138 orang di Jepang, dan 32 orang di Filipina.

Pada 2010, giliran lindu 8,8 skala Richter mengguncang Chile. Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengatakan, gempa kali itu kemungkinan menggeser poros bumi dan memperpendek usia hari. (Yus Ariyanto)

Monday, March 31, 2014

Thursday, February 27, 2014

Waspada : Erupsi Gunung Marapi di Sumatera Barat


Padang (ANTARA News) - Gunung Marapi yang terletak di Kabupaten Agam dan Tanah Datar, Sumatera Barat (Sumbar) dilaporkan mengalami erupsi pada Rabu sekitar pukul 16.15 WIB.

"Gunung Marapi erupsi dan mengeluarkan hujan abu vulkanis dengan radius tiga kilometer arah selatan," kata Petugas Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Warseno saat dihubungi Rabu.

Ia menyebutkan, dampak dari erupsi yang terjadi tersebut cukup besar, jika dibandingkan dengan aktivitas sebelumnya dimana dampak dari hujan abu dirasakan oleh masyarakat dalam radius 3 Km dari puncak gunung.

Daerah tersebut, katanya, adalah daerah yang berada di bagian selatan Gunung Marapi seperti Kecamatan Batipuh, dan Batipuh Selatan, Kabupaten Tanah Datar.

"Sejak ditetapkan dalam status waspada pada 3 Agustus 2013, ini merupakan erupsi yang terbesar. Sebelumnya dampak erupsi hanya di gunung saja," katanya.

Padahal, katanya, jika dibandingkan dengan Januari, erupsi gunung yang memiliki ketinggian 2.891 meter di atas permukaan laut (mdpl) pada bulan Februari menurun. Pada Januari 2014 tercatat sebanyak 57 erupsi, sedangkan Februari sebanyak 4 kali.

Meskipun demikian, katanya, status gunung Marapi saat ini masih tetap dalam status waspada, tanpa mengalami perubahan.

Dengan kejadian tersebut, ia mengimbau agara masyarakat mengurangi aktivitas di luar rumah.

Karena mengingat gangguan kesehatan yang akan terjadi akibat hujan abu tersebut. "Kalau bisa masyarakat pakai masker," katanya.

Ia juga menyebutkan, ketinggian ledakan itu tidak dapat teramati secara visual karena puncak gunung tertutup kabut.

"Karena jarak pandang terbatas, aktivitas tidak terekam dari pos pemantauan, karena gunung diselimuti asap," terangnya.

(KR-IWY/A029)

Editor: Tasrief Tarmizi

Wednesday, February 19, 2014

Erupsi Kelud dan Sinabung: Beda Bencana Beda Dampaknya


Erupsi Kelud dan Sinabung: Beda Bencana Beda DampaknyaTRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hampir satu minggu pascameletusnya Gunung Kelud di Jawa Timur. Penanganan bencana yang baik menyebabkan berkurangnya dampak psikologis untuk para korban, khususnya anak-anak dan kaum perempuan.
Biasanya di setiap wilayah bencana anak-anak dan perempuan menjadi pihak yang rentan mengalami trauma, karena secara psikolgis mereka lemah. Diennaryati Tjokrosuprihatono, psikolog menjelaskan besarnya bencana dan kerusakan yang disebabkan akan sangat berdampak pada psikologi korban.
“Untuk Kelud ini dampaknya agak berbeda dengan bencana lainnya. Kesiapan pemerintah daerah dan satgas bencana dalam mengantisipasi meletusnya Kelud sangat baik. Ini bisa mengurangi dampak psikologis bagi pengungsi. Hanya kebosanan, kesal, dan lelah yang mungkin dirasakan oleh pengungsi Kelud," ujar Dien.
Pemerhati anak-anak ini menambahkan, efek psikologis ini berbeda dari pengungsi Gunung Sinabung di kabupaten Karo, Sumatera Utara.
Anak-anak dan perempuan disana merasakan dampak psikologis yang kuat dari bencana tersebut. Mengingat mereka sudah lama di tempat pengungsian dan penanganan dampak bencananya juga terlalu berlarut-larut.
Sementara itu, Direktur Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan Eka Viora menambahkan, untuk mengurangi dampak psikologi terhadap pengungsi, khususnya anak-anak sudah seharusnya tempat pengungsian disiapkan terlebih dahulu sebelum erupsi terjadi. Selain itu juga harus disiapkan sistem pelayanan kesehatan yang terintegrasi dengan menggerakan seluruh SDM petugas kesehatan dan kader.

Tuesday, February 18, 2014

PVMBG Ingatkan Bahaya Lahar Dingin Gunung Kelud

Kelud, Lahar Dingin Mengancam
TEMPO.CO, Bandung -Pelaksana tugas Bidang Pengawasan dan Penyelidikan Gunung Api PVMBG, Gede Suantika, memperingatkan ancaman lahar dingin pasca letusan Gunung Kelud. "Dari hasil pengamatan visual sebagian besar volume hasil letusan Gunung Kelud tersebar dalam radius 5 kilometer dari puncak," kata dia di ruang kerjanya di Bandung, Selasa, 18 Februari 2014.
Menurut Gede, sebaran volume hasil letusan gunung api itu bebahaya jika terjadi hujan deras dalam jangka waktu lama. Air dalam volume besar bisa mengangkut sebaran material hasil letusan itu mengalir masuk ke dalam sungai yang berhulu di Gunung Kelud.
Dia meminta, pemerintah daerah Kediri, Blitar, sebagian Malang, dan Jombang yang memiliki sungai berhulu di Gunung Kelud agar mewaspadai ancaman banjir lahar di lembah-lembah sungai itu. "Banjir lahar dingin itu adalah banjir campuran material vulkanik lepas dengan air," ujar Gede. (baca juga: Warga Anggap Letusan Kelud Sudah Berakhir )
Menurut Gede, banjir lahar dingin, membahayakan. Banjir lahar dingin yang berpotensi terjadi di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Kelud itu, saat terjadi alirannya bisa merusak jembatan yang dilewatinya, hingga merusak bangunan yang berada di bantara sungai jika banjir lahar itu melimpah hingga kelaur dari badan sungai. "Kalau terjadi malam hari, bisa makan korban. Semua yang dilewatinya bisa di angkut," kata Gede.
Dia menyarankan, pemerintah daerah di Blitar, Malang, Kediri, dan Jombang meniru cara warga di lembah sungai yang berhulu di Semeru untuk mengantisipasi ancaman banjir lahar itu. Dia menyarankan, pemerintah daerah membentuk sistem pemantauan swadaya masyarakat, dengan melibatkan warga yang bermukim di daerah hulu di sekitar lembah sungai jika belum punya otoritas pemantau. "Desa di hulu bisa memberikan peringatan dengan Radio HT, untuk memberitahukan desa di bawahnya jika terjadi ancaman banjir lahar," kata Gede.
Gede mengatakan, ancaman lahar dingin itu merupakan ancaman jangka panjang pasca letusan Gunung Kelud. "Selama materialnya masih ada di atas, masih ada ancaman itu," kata dia.

AHMAD FIKRI

Saturday, February 15, 2014

Sejarah Erupsi Gunung Kelud

Letusan Gunung Kelud selama 100 tahun terakhir cenderung berupa letusan besar dan berlangsung sebentar, kecuali letusan pada 2007, demikian pendapat Surono, seorang ahli gunung berapi yang juga Kepala Pusat Badan Geologi.
kelud,erupsi,gunung kelud
Fisik Gunung Kelud pada tahun 2011. Gunung ini kembali meletus pada Kamis (13/2), debunya menutupi Kota Yogyakarta dan beberapa kota lain di sekitarnya. Dampak letusan kali ini lebih besar daripada erupsi tahun 1990. (Reynold Sumayku/NGI)
"Biasanya letusan Kelud paling lama dua hari, tetapi material yang dilontarkan lebih dari 100 juta meter kubik," kata Surono, ahli gunung berapi, kepada wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan, Jumat (14/02) siang.
Menurutnya, letusan Gunung Kelud pada Kamis (13/02) malam, yang telah melemparkan materialnya hingga ketinggian 17 kilometer, merupakan ciri khas letusan Kelud selama 100 tahun terakhir.
"Artinya, letusan Kelud kembali eksplosif seperti ciri khas dia selama 100 tahun, kecuali tahun 2007," kata Surono.
Ledakan pada 2007, menurutnya, tidak bersifat eksplosif dan cuma membentuk kubah lava di dalam danau kawahnya.
Dia mengatakan, kubah lava itulah yang kemudian dimuntahkan pada ledakan pada Kamis malam.
Berikut sejarah ledakan gunung Kelud semenjak awal 1901 hingga 2007 lalu, seperti disarikan dari wawancara dengan Surono:
Letusan 1901
Letusan terjadi tengah malam, 22-23 Mei 1901, selama sekitar dua jam dan meningkat pada pukul tiga pagi. Awan panas menyerang wilayah Kediri. Bunyi letusan terdengar sampai Pekalongan, sementara hujan abu menyampai Sukabumi dan Bogor. Korban jiwa dilaporkan cukup banyak, tetapi angka pasti tidak tercatat.
Letusan 1919
Sedikitnya 5160 orang menjadi korban jiwa akibat letusan gunung Kelud pada tengah malam, 20 Mei 1919 yang disebut terbesar dalam abad 20. Letusan ini snagat keras sehingga dentumannya terdengar sampai Kalimantan. Hujan batu cukup lebat dan sebgaian atap rumah hancur, dan hujan abu mencapai Bali. Kota Blitar dilaporkan mengalami kehancuran akibat letusan ini.
Ledakan 1951
Letusan terjadi pada pukul 06.15 pagi pada 31 Agustus 1951 yang menyebabkan tujuh orang tewas dan meulai 157 orang. Setidaknya terdengar empat dentuman keras akibat letusan ini. Hujan batu yang sebagian sebesar buah mangga menerpa sebagian wilayah Margomulyo. Hujan abu terjadi selama sekitar satu jam dan mencapai kota Bandung, Jabar.
Ledakan 1966
Terjadi pada 26 April 1966 pukul 20.15 WIB, letusan ini diwarnai luapan lahar di sejumlah sungai di sekitarnya. Sedikitnya 210 orang tewas akibat letusan ini.
Ledakan 1990
Letusan terjadi secara beruntun pada 10 Februari 1990. Letusan yang terjadi belakangan lebih besar. Letusan utama disertai awan panas sejauh 5km dari kawah. Daerah yang rusak tidak terlalu luas, namun sebaran abu jauh lebih luas dan diperkirakan mencapai luasan 1700km persegi. Sekitar 500 rumah rusak akibat tertimpa hujan abu. Korban jiwa sekitar 32 orang.
Ledakan 2007
Kali ini letusan gunung Kelud tidak eksplosif seperti sebelumnya, melainkan kemunculan kubah lava yang besar di kawah Kelud. Kubah itu terus tumbuh sejak 5 November 2007 hingga berukuran selebar 100meter. Akibat aktivitas tinggi tersebut terjadi gejala unik dalam sejarah Kelud dengan munculnya asap tebal putih dari tengah danau kawah diikuti dengan kubah lava dari tengah-tengah danau kawah sejak tanggal 5 November 2007 dan terus "tumbuh" hingga berukuran selebar 100 m.

==== ooo ====

Sejarah Panjang dan Anomali Erupsi Kelud

Letusan Kelud pada November 2007 ibarat jeda dari ciri khas letusan Gunung Kelud yang biasanya adalah eksplosif, termasuk letusan sekarang.

kelud,letusan gunung kelud

Kubah lava Gunung Kelud di perbatasan Kabupaten Kediri, Blitar, dan Malang, terbentuk dalam letusan pada 2007. Kemunculan kubah ini mengubah jenis letusan Gunung Kelud yang sebelumnya bertipe letusan danau. Setelah letusan pada 2007, danau di kawah Gunung Kelud hilang (Kompas.com).
Gunung Kelud yang secara administratif masuk wilayah Kabupaten Kediri, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Blitar, di Jawa Timur, meletus lagi pada Kamis (13/2) pukul 22.50 WIB. Letusan ini mengembalikan ciri historis panjang letusan gunung ini, yang hanya berjeda perubahan letusan pada 2007.
Gunung Kelud merupakan gunung api bertipe strato. Lokasinya berada di 7 derajat 56 menit Lintang Selatan dan 112 derajat 18 menit 30 detik Bujur Timur. Gunung Kelud memiliki ketinggian 1.731 meter di atas permukaan laut.
Letusan terakhir Gunung Kelud sebelum Kamis ini adalah pada 3-4 November 2007. Letusan tersebut ibarat jeda dari ciri khas letusan Gunung Kelud yang biasanya adalah eksplosif, termasuk letusan sekarang. Pada 2007, hanya terjadi letusan efusif, yang memunculkan kubah lava di tengah lokasi yang dulu adalah danau kawah Gunung Kelud.
Sejarah panjang dan anomali letusan Gunung Kelud
Catatan tentang letusan Gunung Kelud terlacak sejak tahun 1000, seperti termuat dalam buku Data Dasar Gunung Api Indonesia yang diterbitkan Kementerian Energi, Sumber Daya Alam, dan Mineral pada 2011.
Ciri letusan eksplosif gunung ini setidaknya diketahui sejak 1901. Letusan pada 2007, merujuk ungkapan mantan Kepala Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM, Surono, adalah anomali.
"Penyelewengan" ciri khas pada 2007 itu pun menurut Surono bukan karena ada hal gaib atau tak dapat dijelaskan. Letusan pada 2007 tidak mempertontonkan letusan hebat sebagaimana setiap kali Gunung Kelud meletus lebih karena ternyata ada retakan di jalur lava gunung itu, yang membuat daya dorong letusan sudah merembes keluar. Karenanya, daya letus gunung pun jauh berkurang.
Pada 1990, letusan terakhir sebelum letusan Kamis malam, setidaknya 200 juta ton meter kubik material padat terlontar dari kawah Gunung Kelud. Sebagai pembanding, letusan Gunung Merapi pada 2010 "hanya" melontarkan 150 juta meter kubik material padat.
Ribuan korban jiwa dan terowongan Ampera
Dengan ciri letusan yang eksplosif, Gunung Kelud adalah salah satu gunung api aktif yang mencatatkan ribuan korban jiwa dalam sejarah panjang letusannya, meski dampaknya belum seluar biasa letusan Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat ataupun Gunung Krakatau di Selat Sunda yang sampai mengguncang dunia.
Sebelum letusan pada 2007, Gunung Kelud dikenal sebagai gunung api dengan kawah berupa danau. Menurut Surono dalam sebuah wawancara, kedahsyatan dampak letusan dengan tipe kawah semacam Gunung Kelud ini akan berbanding lurus dengan volume air pada danau kawah.
Letusan efusif pada 2007, telah menyurutkan danau kawah di Gunung Kelud, hanya menyisakan genangan yang bahkan nyaris kering. Namun, sebelumnya upaya untuk menyusutkan volume danau kawah ini juga sudah dilakukan pemerintah, yaitu dengan pembangunan terowongan pembuangan air. Proyek pertama dibangun pada masa pemerintahan kolonial, pada 1926.
Terowongan tersebut dibangun setelah letusan Gunung Kelud meletus pada 1919 yang menewaskan tak kurang dari 5.160 orang. Terowongan yang dibangun pemerintah kolonial itu sempat tertutup material vulkanik pada letusan 1966 meski lolos dari kerusakan akibat letusan pada 1951.
Meski letusan 1919 sudah memakan korban jiwa sedemikian banyak, letusan Gunung Kelud yang paling banyak menewaskan berdasarkan catatan yang ada adalah letusan pada 1586, dengan lebih dari 10.000 orang jadi korban.
Terowongan pengalir air dari danau kawah buatan 1926 masih berfungsi sampai sekarang. Namun, setelah letusan 1966, Pemerintah Indonesia membangun terowongan baru yang lokasinya 45 meter di bawah terowongan lama.
Terowongan baru yang rampung dibangun pada 1967 ini diberi nama Terowongan Ampera. Fungsinya menjaga volume air danau kawah tak lebih dari 2,5 juta meter kubik.
Pada letusan 1990 yang berlangsung selama 45 hari, material vulkanik yang dilontarkan letusan Gunung Kelud mencapai 57,3 juta meter kubik. Namun, lahar dinginnya mengalir sampai 24 kilometer melewati 11 sungai yang berhulu di Gunung Kelud. Terowongan Ampera pun sempat tersumbat, dan revitalisasinya baru rampung pada 1994.

ERUPSI GUNUNG KELUD

Abu vulkanik tak akan ke luar Pulau Jawa

Wilayah Gunung Kelud diguyur hujan, waspadai lahar dingin

Wilayah Gunung Kelud diguyur hujan, waspadai lahar dingin - Abu vulkanik tak akan ke luar Pulau Jawa - Pasca erupsi Gunung Kelud, hujan pun turun mengguyur. BMKG dan PVMBG mengingatkan kemungkinan munculnya lahar dingin yang berbahaya.
(Foto: IRFAN MAULANA)Pasca erupsi Gunung Kelud, hujan pun turun mengguyur. BMKG dan PVMBG mengingatkan kemungkinan munculnya lahar dingin yang berbahaya.




Jumat, 14 Februari 2014 16:10 WIB
LENSAINDONESIA.COM: Pasca erupsi Gunung Kelud yang membuat suasana wilayah Jawa Timur dan sekitarnya berselimut abu vulkanik, hujan pun turun mengguyur.
Berdasar tangkapan radar Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda, Surabaya, hujan dengan intensitas ringan turun di sejumlah wilayah seperti di Kota Kediri, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang.
Bambang Setiajid, Kepala Seksi Data BMKG Juanda menjelaskan, area yang dilanda hujan sebagian besar ada di sebelah timur Gunung Kelud.
“Kediri kota, Trenggalek, Ponorogo hujan dengan intensitas ringan hingga sedang. Arah Malang, Lawang juga hujan. Hanya Blitar yang terpantau tak hujan,” ungkap Bambang saat dihubungi LICOM lewat telepon selulernya, Jumat (14/02/2014).
Selain itu, jarak pandang yang ada di sekitar Gunung Kelud juga terpantau gelap yang disebabkan abu vulkanik. “Cuacanya cenderung gelap tapi bukan karena awan, itu adalah abu vulkanik yang terbawa angin,” katanya.
Dikonfirmasi terkait penyebaran abu vulkanik, pihaknya menyatakan bahwa penyebaran abu Gunung Kelud yang meletus pada Kamis (13/02/2014) malam itu paling jauh hanya di Jawa Tengah dan Pulau Madura.
“Angin yang berhembus ke arah barat daya dengan kecepatan 5 sampai 30 km/jam. Mengarah ke Surabaya sampai sebagian Madura, juga ke arah sebaliknya sekitar Jawa Tengah,” imbuhnya.
Pihaknya menegaskan, abu vulkanik Gunung Kelud tak akan jauh menyebar ke wilayah lain karena di atas lapisan atas pusaran angin yakni sekitar 14.500 meter, arah angin akan berbalik ke timur laut.
“Karena itulah sebaran debu sampai kemana-mana. Tapi karena arahnya berbalik lagi sehingga tak akan mencapai wilayah luar Jawa,” tandasnya.
Sebelumnya, Surono, Mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang juga staf ahli Menteri ESDM meminta seluruh warga yang ada di sekitar Gunung Kelud tetap mematuhi rekomendasi PVMBG agar tidak masuk wilayah 10 kilometer dari Gunung Kelud.
Penyebabnya, hingga kini gunung berapi yang paling aktif di Indonesia ini statusnya masih awas atau level tertinggi.
Surono juga berharap tidak terjadi hujan deras di puncak Gunung Kelud, karena hal itu bisa menyebabkan terjadinya lahar dingin. Material gunung api yang berat dan terbawa lahar dingin dapat menghancurkan apa saja yang menghalangi.
“Kita harus hati-hati bila terjadi hujan. Air hujan bisa menggerus dan membawa material yang dapat menghancurkan bangunan,” tutupnya.@sarifa
==== ooo ====

Abu Kelud Lebih Tebal di Yogya daripada Malang


Sebab Abu Kelud Lebih Tebal di Yogya daripada Malang
TEMPO.COYogyakarta - Abu dampak letusan Gunung Kelud dirasakan hingga daerah yang berjarak ratusan kilometer di bagian barat di Garut, Jawa Barat. Di Yogyakarta yang jaraknya 242 kilometer dari Kediri, hujan abu bahkan dirasakan lebih tebal ketimbang di Malang yang letaknya tak begitu jauh dari Gunung Kelud.
Menurut situs http://volcano.ssec.wisc.edu/ yang memuat gambar live citra udara abu Gunung Kelud, hal ini disebabkan tiupan angin menuju ke arah barat daya. Akibatnya, abu yang terbawa angin jatuh di daerah-daerah di bagian barat dan barat daya Kediri, antara lain Solo, Yogyakarta, Purwokerto, bahkan hingga beberapa kota di Jawa Barat bagian timur. Karena itu, abu di wilayah itu lebih tebal di banding daerah sekitar Kelud, seperti Malang.
Gunung Kelud yang berada di perbatasan Kediri, Blitar, dan Kabupaten Malang ini statusnya ditetapkan menjadi awas atau level IV pada pukul 22.15 WIB, Kamis, 13 Februari 2014. Lalu, sekitar pukul 22.50 WIB, gunung tersebut meletus dengan mengeluarkan semburan lava dan lontaran material ke udara hingga ribuan meter.
Letusan terus-menerus terjadi sejak letusan pertama pukul 22.50 WIB itu. Hingga pukul 02.00 WIB, Jumat, 14 Februari 2014, masih terlihat letusan diikuti kilatan petir.
Sejak letusan pertama, petugas di pos pengamatan Gunung Kelud langsung mengosongkan lokasi pengamatan yang berada dalam radius berbahaya. Petugas Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mulai meninggalkan pos pukul 22.50 WIB.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Nugroho mengatakan erupsi Kelud setinggi 17 kilometer melontakan jutaan meter kubik abu vulkanik. Abu dan pasir pada lapisan 1.500 meter terbawa ke arah timur laut, pada lapisan 5.000 meter ke arah barat laut, dan lapisan 9.000 meter ke arah barat.
Material abu dan pasir tersebut melayang-layang di atmosfir dan menyebar ke daerah yang jauh dari Kelud. "Karena itu, di wilayah barat lebih banyak terjadi hujan abu dan pasir," kata Sutopo.
TRIP B | NAFI
==== 000 ====

Erupsi Gunung Kelud Masuk Kategori Letusan Dalam

Dentuman erupsi Kelud di perbatasan Kediri, Malang, dan Blitar, Kamis (13/2) pukul 22.50 WIB, terdengar sampai Daerah Istimewa Yogyakarta

gunung keludGunung Kelud (Oki Lutfi/Fotokita.net)
Dentuman letusan Gunung Kelud di perbatasan Kabupaten Kediri, Malang, dan Blitar, Kamis (13/2) pukul 22.50 WIB, terdengar sampai Daerah Istimewa Yogyakarta. Suara tersebut dilaporkan terdengar oleh warga di Gunung Kidul.
"Suara yang terdengar oleh masyarakat Yogyakarta merupakan dentum letusan Gunung Kelud," terang Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta (BPPTKG) Subandriyo, Jumat (14/2) dini hari.
Subandriyo mengungkapkan, BPPTKG juga terus melakukan pemantuan aktivitas getaran yang terjadi di Gunung Kelud. Sebab, sebagian besar alat pemantauan di Gunung Kelud berada di BPPTKG.
"Getaran Kelud juga terekam dari seismograf di Stasiun Deles. Sebab, sumber letusannya sangat dalam," kata Subandriyo. Menurutnya, letusan Gunung Kelud pada Kamis (13/2) masih awalan, dan belum mencapai puncaknya.
(Wijaya Kusuma/Kompas.com)

==== ooo ====

 Erupsi Gunung Kelud 2014 Lebih Dahsyat Ketimbang 1990

Bisnis.com, JAKARTA - Erupsi Gunung Kelud 2014, tepatnya yang terjadi pukul 22.50 WIB, Kamis (13/2) dinilai lebih dahsyat daripada letusan Kelud pada 1990.
Wakil Bupati Kediri Maskuri menjelaskan jika pada erupsi pada 1990 wilayah Kabupaten Kediri hanya merasakan hujan abu, kini mengalami hujan kerikil.
"Erupsi Kelud kali ini lebih besar daripada erupsi pada 1990. Dahulu di Kabupaten Kediri hanya merasakan debu, kali ini mengalami hujan kerikil yang berjarak radius 35 km," ujarnya, dalam wawancara langsung dengan TVOne, Jumat dinihari (13/2).
Dia menjelaskan di ring satu sudah diungasikan sebanyak 5.000 warga 66.000, dan total warga yang mengungsi mencapai 66.000
Pemkab Kediri, ujar Maskuri, telah menyiapkan lokasi evakusi di 117 titik .

==== ooo ====

Gunung Kelud meletus, radius 30 km hujan batu

Gunung Kelud meletus, radius 30 km hujan batu - Lokasi pengungsian belum siap - Erupsi.
LENSAINDONESIA.COM: Letusan Gunung Kelud di Kabupaten Kediri, Jawa Timur membuat warga sekitar panik. Pasalnya, erupsi gunung api ini memuntahkan batu, kerikil dan abu sejauh lebih dari 30 km.
Sebagian warga mulai menjauh dari radius 10 km dari kubah lava.
“Malam ini masyarakat sudah mulai berbondong-bondong mengungsi. Ada yang naik motor, ada yang naik kendaraan pribadi,” ujar Adi, warga Desa Tawang, Kamis malam (13/02/2014).
Pengungsian ini dilakukan secara mendadak oleh warga yang bertempat tinggal di radius 10 km dari puncak Kelud tidak dikoordinir aparat desa maupun petugas evakuasi.
“Panik semua mas, karena dari radio HT sudah diinformasikan kalau Gunung Kelud sudah meletus. Makanya kami hanya membawa barang seadanya saja,” tambahnya.
Saat ini ribuan warga memadati di Lapangan Desa Tawang ini yang dijadikan lokasi pengungsian. Ironisnya lokasi penampungan ternyata masih belum siap. Padahal masyarakat sudah banyak yang berdatangan.
Status awas Gunung Kelud telah disebarluaskan kepada masyarakat, yang tinggal di radius 10 km dari kubah lava. Di Kabupaten Kediri warga yang tinggal di zona bahaya ini jumlahnya mencapai 66.130 jiwa.
Sesuai gladi posko yang digelar Kamis pagi, sudah disiapkan ratusan armada truk untuk mengangkut pengungsi. Namun yang ditunggu warga hingga semalam masih belum muncul. Warga memanfaatkan kendaraan milik warga yang ada untuk mengungsi.@fen/sis
==== ooo ====

Saturday, February 1, 2014

Total 12 Korban Tewas Tanah Longsor di Jombang Dievakuasi

Metrotvnews.com, Jombang: Tim gabungan yang melakukan pencarian korban tanah longsor didi Dusun Kopen, Desa Ngrimbi, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang.

Hingga kini jumlah korban yang sudah ditemukan sebanyak 12 orang.
   
Kini tim gabungan masih mencari dua korban lagi yang diduga masih berada di timbunan tanah. Bahkan, pencarian difokuskan ke sungai yang tidak jauh dari lokasi kejadian.
   
"Sampai sekarang total korban yang ditemukan baru 12 orang. Lima kita temukan Kamis (30/1)," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana daerah (BPBD) Jatim Sudarmawan di Surabaya, kemarin.
   
Proses pencarian akan terus dilakukan sampai menemukan dua korban tersebut. Vila pencarian difokuskan di tanah longsor kali ini diperluas di sungai.

Editor: Edwin Tirani

Banjir Bandang dan Longsor Putus Jalur Malang - Kediri

Metrotvnews.com, Malang: Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Malang, Jawa Timur, sejak Jumat pekan lalu mengakibatkan terjadinya banjir bandang dan tanah longsor di sejumlah titik.

Longsor sepanjang puluhan meter di kawasan Pujon memutuskan jalur lalu lintas utama penghubung Kota Malang, Batu, Kediri, dan Jombang. Sementara banjir bandang yang terjadi di sepanjang daerah aliran Sungai Konto merubuhkan sebuah jembatan desa setempat dan merusak sejumlah rumah warga.

Sementara satu orang warga dilaporkan hilang setelah satu unit <>backhoe yang digunakannya membenahi Sungai Konto tertimbun material keras dan terbenam di dasar sungai yang beraliran deras.

Hingga Sabtu (1/2/2014) dini hari ini, puluhan warga Kedungrejo, Kecamatan Pujon, terus bersiaga di luar rumah mereka. Sebuah jembatan beton sepanjang 10 meter yang menghubungkan tiga desa, putus dan hilang diterjang derasnya air sungai.

Akibatnya warga harus memutar sejauh 10 km banjir bandang Sunagi Konto, juga merusak sejumlah warung dan rumah warga. Bahkan seorang operator kendaraan berat jenis <>backhoe dilaporkan hilang sesaat setelah banjir bandang disertai kayu dan batu berukuran besar menghantam dan menguburnya di dasar sungai.

Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BNPD) mengitung telah terjadi longsor di 13 titik, di sepanjang jalur utama Malang, Kediri, Jombang di Kecamatan Pujon.

Longsor terbesar terjadi di Desa Ngeprih, tebing setinggi delapan meter sepanjang 20 meter lebih, longsor dan menutup seluruh badan jalan.

Satu unit traktor yang diturunkan hingga Sabtu pagi tadi masih belum mampu membersihkan material tanah dan kayu besar yang menutup jalur utama Malang, Batu, Kediri, dan Jombang, sejak pukul 05.00 WIB Jumat kemarin.

Hingga saat ini puluhan petugas dari BPBD, SAR, TNI, Polri, Tagana, dan PMI masih terus melakukan pembersihan. Diharapkan hari ini jalan penghubung antar provinsi ini dapat dilalui kendaraan bermotor kembali.

Editor: Laela Zahra

Erupsi Gunung Sinabung Membawa Korban

3 Orang Terluka Kena Awan Panas Sinabung
Luncuran awan panas Gunung Sinabung saat erupsi terlihat dari Desa Suka Ndebi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Sabtu (4/1/2014). Aktivitas Gunung Sinabung terus meningkat ditandai dengan munculnya lava pijar dan luncuran awan panas.
TRIBUN MEDAN/DEDY SINUHAJI

TRIBUNNEWS.COM - Gunung Sinabung kembali erupsi disertai awan panas pada Sabtu (1/2/2014). Meskipun aktivitas erupsi kecenderungannya menurun namun erupsi tetap terjadi dengan intensitas yang lebih kecil dibandingkan sebelumnya.
Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB menyebutkan, pada hari ini terjadi erupsi disertai awan panas yang menerjang 3 orang di sekitar Desa Sukameriah.
Informasi sementara 3 korban luka-luka adalah Sehat Sembiring (48) dan anaknya Surya Sembiring (21) warga Kabanjahe yang akan ziarah ke Desa Sukameriah di bagian atas di 2,7 km dari kawah G.Sinabung. Korban ketiga adalah Doni Milala (60) warga Desa Sukameriah yang sedang menengok rumahnya setelah ditinggal mengungsi. Ketiga korban saat ini dirawat intensif di RS. Evarina Etatham Kabanjahe, Karo.
Desa Sukameriah terletak di 3 km di selatan G.Sinabung yang sangat berbahaya karena sangat berdekatan dengan lintasan awan panas yang mencapai 4,5 km. Radius 5 km dari puncak G.Sinabung adalah daerah yang harus dikosongkan dari aktivitas masyarakat, namun masih banyak masyarakat yang kembali ke rumah pada siang hari, dan malam hari kembali ke pengungsian.
Erupsi G. Sinabung pada Sabtu (1/2) adalah:
Pukul 10.30.10 Wib: erupsi setinggi 2.000 meter, durasi 474 detik, luncuran awan panas 4,5 km ke arah selatan-tenggara.
Pukul 10.38.05 Wib: erupsi selama 219 detik. Tinggi kolom tidak terlihat karena tertutup abu vulkanik erupsi sebelumnya.
Pukul 11.27.54 Wib: erupsi selama 84 detik. Visual tertutup kabut. Luncuran awan panas 3 ke arah selatan.
Hingga saat ini masih ada 16 desa yang masih harus dikosongkan karena berbahaya. Pengungsi belum boleh pulang. 16 desa tersebut adalah Sukameriah, Guru Kinayan, Selandi, Berastepu, Dusun Sibintun, Gamber, Kuta Tengah, Dusun Lau Kawar, ekerah, Simacem, Kutarayat, Sigaranggarang, Kutatonggal, Sukanalu, Kutagugung, Mardinding, Temberun, dan Perbaji.
Petugas saat ini sudah berada di sekitar lokasi dan pengamanan diperketat.

Sumber : Tribunnews


Thursday, January 30, 2014

Puting Beliung di Banyuwangi, 87 Rumah Rusak

Rabu, 29 Januari 2014 | 21:42 WIB 

BANYUWANGI, KOMPAS.com — Angin puting beliung menerjang tiga dusun di Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi, Rabu (29/1/2014). Sebanyak 87 rumah di tiga dusun, yaitu Dusun Sidomekti, Sidorejo Kulon, dan Sidorejo Wetan, rusak.

Bupati Indramayu: Bantuan Pascabanjir Belum Ada

Bupati Indramayu, Anna Sophanah
Rabu, 29 Januari 2014, 15:20 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Bupati Indramayu Anna Sophanah mengatakan, pemerintah pusat dan provinsi baru sebatas menyalurkan bantuan sembako. Sedangkan bantuan pascabanjir, hingga kini belum ada.

Atasi Banjir Pantura, Pemerintah Siapkan Modernisasi Irigasi

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Pemerintah melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum, menyiapkan sejumlah langkah modernisasi irigasi.
Hal itu dimaksudkan untuk mengatasi banjir yang merendam jalur pantura maupun desa-desa yang sungainya berada di bawah kewenangan BBWS Citarum.

‘’Modernisasi irigasi itu dilaksanakan pada lima aspek,’’ ujar Kepala BBWS Citarum, Adang Syah Ahmad, di sela-sela kunjungan ke lokasi banjir bersama Komisi V DPR RI di Desa Bugel, Kecamatan Patrol, Kabupaten Indramayu, Rabu (29/1).

Dana Penanggulangan Bencana Daerah Masih Rendah

Rabu, 29 Januari 2014, 03:00 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menilai anggaran untuk penanggulangan bencana di daerah masih rendah. Padahal angka kerugian akibat bencana yang terjadi selama periode Januari tahun ini saja sudah mencapai triliunan rupiah.

Katulampa Siaga I, Warga Jakarta Bersiaplah Pagi ini!

Kamis, 30 Januari 2014 | 00:39 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencara Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, ketinggian air di Pintu Air Katulampa per Rabu (29/1/2014) pukul 23.27 adalah 220 sentimeter (cm) atau Siaga I. Sementara itu, ketinggian air di Pintu Air Depok per pukul 23.00 adalah 180 cm atau Siaga IV, dan Pintu Air Manggarai per pukul 23.52 adalah 780 cm atau Siaga III.

Wednesday, January 29, 2014

Banjir, Harga Sayuran Merangkak Naik

http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/komoditas-sayuran-_131111193732-690.jpgSelasa, 21 Januari 2014, 19:59 WIB REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Banjir yang melanda jalur utama pantura Indramayu dan jalur pantura tengah Indramayu sejak empat hari terakhir, masih belum surut, Selasa (21/1). Kondisi itupun berdampak pada naiknya harga sayuran di pasar tradisional.

Berdasarkan pantauan di Pasar Baru Indramayu, kenaikan harga itu terjadi pada hampir semua jenis sayuran. Di antaranya tomat dari Rp 4 ribu per kg menjadi Rp 8 ribu per kg, kentang dari Rp 8 ribu per kg menjadi Rp 10 per kg.

Pemerintah Akui Banjir Picu Kenaikan Harga

Sejumlah pengguna jalan terjebak banjir di Jalur Pantura Kudus-Pati, Jati, Kudus, Jateng, Selasa (21/1). Untuk kendaraan pribadi jalur Pantura Kudus-Pati dialihkan melalui Jepara dan Demak akibat jalan di sejumlah titik tergenang banjir setinggi 20-100 cm REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN—Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Hatta Rajasa mengakui dampak bencana banjir telah memicu lonjakan harga kebutuhan pokok di masyarakat. Hal ini diakibatkan gangguan distribusi dan kerusakan sejumlah infrastruktur yang terjadi di berbagai daerah di tanah air yang terdampak banjir.

Hal ini disampaikan Hatta saat melakukan kunjungan kerja di hutan Penggaron, Ungaran,

BNPB: Kebijakan Presiden soal Debitur Sinabung Ditindaklanjuti

28 Jan 2014
Jakarta, (Analisa). Kebijakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono soal keringanan pembayaran kredit bagi debitur yang menjadi pengungsi akibat erupsi Gunung Sinabung segera ditindaklanjuti, kata pejabat Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Pengungsi Sinabung Pun Ditagih Bayar Listrik

Senin, 27 Januari 2014 08:31 WIB
Pengungsi Sinabung Pun Ditagih Bayar ListrikTRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Sejumlah pengungsi masih ditagih PT Perusahaan Listrik Negara membayar listrik di rumah mereka. Padahal para pengungsi sudah dua hingga tiga bulan meninggalkan rumah akibat aktivitas Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
Neli Sitepu (43), warga Desa Kuta Tonggal, Minggu (26/1/2014) mengatakan, pekan lalu petugas PLN datang ke lokasi pengungsian dan memintanya membayar tagihan

Langganan Banjir, 5 Daerah Pantura Ternyata Tak Punya BPBD

Senin, 27 Januari 2014 | 06:38 WIB
BANDUNG, KOMPAS.com — Lima daerah di sepanjang pantai utara Jawa Barat, yang menjadi langganan terendam banjir bila musim hujan tiba, ternyata belum mempunyai Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

"Mulai dari Bekasi, Karawang, Subang, Indramayu, sampai Cirebon ternyata belum punya BPBD. Padahal, daerah tersebut dilanda banjir," ujar Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, saat meninjau dampak banjir di Desa Jagapura Kidul, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon, Minggu (26/1/2014).

"Tidak Heran Bencana di Indonesia Terjadi Terus-menerus"

Selasa, 28 Januari 2014 | 15:16 WIB 
JAKARTA, KOMPAS.com — Bencana yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia dinilai karena eksploitasi sumber daya alam (SDA). Eksploitasi alam yang dilakukan selama bertahun-tahun tanpa memikirkan keseimbangan ekosistem telah membuat alam Indonesia menjadi rentan terhadap bencana.