Saturday, February 15, 2014

Sejarah Erupsi Gunung Kelud

Letusan Gunung Kelud selama 100 tahun terakhir cenderung berupa letusan besar dan berlangsung sebentar, kecuali letusan pada 2007, demikian pendapat Surono, seorang ahli gunung berapi yang juga Kepala Pusat Badan Geologi.
kelud,erupsi,gunung kelud
Fisik Gunung Kelud pada tahun 2011. Gunung ini kembali meletus pada Kamis (13/2), debunya menutupi Kota Yogyakarta dan beberapa kota lain di sekitarnya. Dampak letusan kali ini lebih besar daripada erupsi tahun 1990. (Reynold Sumayku/NGI)
"Biasanya letusan Kelud paling lama dua hari, tetapi material yang dilontarkan lebih dari 100 juta meter kubik," kata Surono, ahli gunung berapi, kepada wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan, Jumat (14/02) siang.
Menurutnya, letusan Gunung Kelud pada Kamis (13/02) malam, yang telah melemparkan materialnya hingga ketinggian 17 kilometer, merupakan ciri khas letusan Kelud selama 100 tahun terakhir.
"Artinya, letusan Kelud kembali eksplosif seperti ciri khas dia selama 100 tahun, kecuali tahun 2007," kata Surono.
Ledakan pada 2007, menurutnya, tidak bersifat eksplosif dan cuma membentuk kubah lava di dalam danau kawahnya.
Dia mengatakan, kubah lava itulah yang kemudian dimuntahkan pada ledakan pada Kamis malam.
Berikut sejarah ledakan gunung Kelud semenjak awal 1901 hingga 2007 lalu, seperti disarikan dari wawancara dengan Surono:
Letusan 1901
Letusan terjadi tengah malam, 22-23 Mei 1901, selama sekitar dua jam dan meningkat pada pukul tiga pagi. Awan panas menyerang wilayah Kediri. Bunyi letusan terdengar sampai Pekalongan, sementara hujan abu menyampai Sukabumi dan Bogor. Korban jiwa dilaporkan cukup banyak, tetapi angka pasti tidak tercatat.
Letusan 1919
Sedikitnya 5160 orang menjadi korban jiwa akibat letusan gunung Kelud pada tengah malam, 20 Mei 1919 yang disebut terbesar dalam abad 20. Letusan ini snagat keras sehingga dentumannya terdengar sampai Kalimantan. Hujan batu cukup lebat dan sebgaian atap rumah hancur, dan hujan abu mencapai Bali. Kota Blitar dilaporkan mengalami kehancuran akibat letusan ini.
Ledakan 1951
Letusan terjadi pada pukul 06.15 pagi pada 31 Agustus 1951 yang menyebabkan tujuh orang tewas dan meulai 157 orang. Setidaknya terdengar empat dentuman keras akibat letusan ini. Hujan batu yang sebagian sebesar buah mangga menerpa sebagian wilayah Margomulyo. Hujan abu terjadi selama sekitar satu jam dan mencapai kota Bandung, Jabar.
Ledakan 1966
Terjadi pada 26 April 1966 pukul 20.15 WIB, letusan ini diwarnai luapan lahar di sejumlah sungai di sekitarnya. Sedikitnya 210 orang tewas akibat letusan ini.
Ledakan 1990
Letusan terjadi secara beruntun pada 10 Februari 1990. Letusan yang terjadi belakangan lebih besar. Letusan utama disertai awan panas sejauh 5km dari kawah. Daerah yang rusak tidak terlalu luas, namun sebaran abu jauh lebih luas dan diperkirakan mencapai luasan 1700km persegi. Sekitar 500 rumah rusak akibat tertimpa hujan abu. Korban jiwa sekitar 32 orang.
Ledakan 2007
Kali ini letusan gunung Kelud tidak eksplosif seperti sebelumnya, melainkan kemunculan kubah lava yang besar di kawah Kelud. Kubah itu terus tumbuh sejak 5 November 2007 hingga berukuran selebar 100meter. Akibat aktivitas tinggi tersebut terjadi gejala unik dalam sejarah Kelud dengan munculnya asap tebal putih dari tengah danau kawah diikuti dengan kubah lava dari tengah-tengah danau kawah sejak tanggal 5 November 2007 dan terus "tumbuh" hingga berukuran selebar 100 m.

==== ooo ====

Sejarah Panjang dan Anomali Erupsi Kelud

Letusan Kelud pada November 2007 ibarat jeda dari ciri khas letusan Gunung Kelud yang biasanya adalah eksplosif, termasuk letusan sekarang.

kelud,letusan gunung kelud

Kubah lava Gunung Kelud di perbatasan Kabupaten Kediri, Blitar, dan Malang, terbentuk dalam letusan pada 2007. Kemunculan kubah ini mengubah jenis letusan Gunung Kelud yang sebelumnya bertipe letusan danau. Setelah letusan pada 2007, danau di kawah Gunung Kelud hilang (Kompas.com).
Gunung Kelud yang secara administratif masuk wilayah Kabupaten Kediri, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Blitar, di Jawa Timur, meletus lagi pada Kamis (13/2) pukul 22.50 WIB. Letusan ini mengembalikan ciri historis panjang letusan gunung ini, yang hanya berjeda perubahan letusan pada 2007.
Gunung Kelud merupakan gunung api bertipe strato. Lokasinya berada di 7 derajat 56 menit Lintang Selatan dan 112 derajat 18 menit 30 detik Bujur Timur. Gunung Kelud memiliki ketinggian 1.731 meter di atas permukaan laut.
Letusan terakhir Gunung Kelud sebelum Kamis ini adalah pada 3-4 November 2007. Letusan tersebut ibarat jeda dari ciri khas letusan Gunung Kelud yang biasanya adalah eksplosif, termasuk letusan sekarang. Pada 2007, hanya terjadi letusan efusif, yang memunculkan kubah lava di tengah lokasi yang dulu adalah danau kawah Gunung Kelud.
Sejarah panjang dan anomali letusan Gunung Kelud
Catatan tentang letusan Gunung Kelud terlacak sejak tahun 1000, seperti termuat dalam buku Data Dasar Gunung Api Indonesia yang diterbitkan Kementerian Energi, Sumber Daya Alam, dan Mineral pada 2011.
Ciri letusan eksplosif gunung ini setidaknya diketahui sejak 1901. Letusan pada 2007, merujuk ungkapan mantan Kepala Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM, Surono, adalah anomali.
"Penyelewengan" ciri khas pada 2007 itu pun menurut Surono bukan karena ada hal gaib atau tak dapat dijelaskan. Letusan pada 2007 tidak mempertontonkan letusan hebat sebagaimana setiap kali Gunung Kelud meletus lebih karena ternyata ada retakan di jalur lava gunung itu, yang membuat daya dorong letusan sudah merembes keluar. Karenanya, daya letus gunung pun jauh berkurang.
Pada 1990, letusan terakhir sebelum letusan Kamis malam, setidaknya 200 juta ton meter kubik material padat terlontar dari kawah Gunung Kelud. Sebagai pembanding, letusan Gunung Merapi pada 2010 "hanya" melontarkan 150 juta meter kubik material padat.
Ribuan korban jiwa dan terowongan Ampera
Dengan ciri letusan yang eksplosif, Gunung Kelud adalah salah satu gunung api aktif yang mencatatkan ribuan korban jiwa dalam sejarah panjang letusannya, meski dampaknya belum seluar biasa letusan Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat ataupun Gunung Krakatau di Selat Sunda yang sampai mengguncang dunia.
Sebelum letusan pada 2007, Gunung Kelud dikenal sebagai gunung api dengan kawah berupa danau. Menurut Surono dalam sebuah wawancara, kedahsyatan dampak letusan dengan tipe kawah semacam Gunung Kelud ini akan berbanding lurus dengan volume air pada danau kawah.
Letusan efusif pada 2007, telah menyurutkan danau kawah di Gunung Kelud, hanya menyisakan genangan yang bahkan nyaris kering. Namun, sebelumnya upaya untuk menyusutkan volume danau kawah ini juga sudah dilakukan pemerintah, yaitu dengan pembangunan terowongan pembuangan air. Proyek pertama dibangun pada masa pemerintahan kolonial, pada 1926.
Terowongan tersebut dibangun setelah letusan Gunung Kelud meletus pada 1919 yang menewaskan tak kurang dari 5.160 orang. Terowongan yang dibangun pemerintah kolonial itu sempat tertutup material vulkanik pada letusan 1966 meski lolos dari kerusakan akibat letusan pada 1951.
Meski letusan 1919 sudah memakan korban jiwa sedemikian banyak, letusan Gunung Kelud yang paling banyak menewaskan berdasarkan catatan yang ada adalah letusan pada 1586, dengan lebih dari 10.000 orang jadi korban.
Terowongan pengalir air dari danau kawah buatan 1926 masih berfungsi sampai sekarang. Namun, setelah letusan 1966, Pemerintah Indonesia membangun terowongan baru yang lokasinya 45 meter di bawah terowongan lama.
Terowongan baru yang rampung dibangun pada 1967 ini diberi nama Terowongan Ampera. Fungsinya menjaga volume air danau kawah tak lebih dari 2,5 juta meter kubik.
Pada letusan 1990 yang berlangsung selama 45 hari, material vulkanik yang dilontarkan letusan Gunung Kelud mencapai 57,3 juta meter kubik. Namun, lahar dinginnya mengalir sampai 24 kilometer melewati 11 sungai yang berhulu di Gunung Kelud. Terowongan Ampera pun sempat tersumbat, dan revitalisasinya baru rampung pada 1994.

ERUPSI GUNUNG KELUD

Abu vulkanik tak akan ke luar Pulau Jawa

Wilayah Gunung Kelud diguyur hujan, waspadai lahar dingin

Wilayah Gunung Kelud diguyur hujan, waspadai lahar dingin - Abu vulkanik tak akan ke luar Pulau Jawa - Pasca erupsi Gunung Kelud, hujan pun turun mengguyur. BMKG dan PVMBG mengingatkan kemungkinan munculnya lahar dingin yang berbahaya.
(Foto: IRFAN MAULANA)Pasca erupsi Gunung Kelud, hujan pun turun mengguyur. BMKG dan PVMBG mengingatkan kemungkinan munculnya lahar dingin yang berbahaya.




Jumat, 14 Februari 2014 16:10 WIB
LENSAINDONESIA.COM: Pasca erupsi Gunung Kelud yang membuat suasana wilayah Jawa Timur dan sekitarnya berselimut abu vulkanik, hujan pun turun mengguyur.
Berdasar tangkapan radar Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda, Surabaya, hujan dengan intensitas ringan turun di sejumlah wilayah seperti di Kota Kediri, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang.
Bambang Setiajid, Kepala Seksi Data BMKG Juanda menjelaskan, area yang dilanda hujan sebagian besar ada di sebelah timur Gunung Kelud.
“Kediri kota, Trenggalek, Ponorogo hujan dengan intensitas ringan hingga sedang. Arah Malang, Lawang juga hujan. Hanya Blitar yang terpantau tak hujan,” ungkap Bambang saat dihubungi LICOM lewat telepon selulernya, Jumat (14/02/2014).
Selain itu, jarak pandang yang ada di sekitar Gunung Kelud juga terpantau gelap yang disebabkan abu vulkanik. “Cuacanya cenderung gelap tapi bukan karena awan, itu adalah abu vulkanik yang terbawa angin,” katanya.
Dikonfirmasi terkait penyebaran abu vulkanik, pihaknya menyatakan bahwa penyebaran abu Gunung Kelud yang meletus pada Kamis (13/02/2014) malam itu paling jauh hanya di Jawa Tengah dan Pulau Madura.
“Angin yang berhembus ke arah barat daya dengan kecepatan 5 sampai 30 km/jam. Mengarah ke Surabaya sampai sebagian Madura, juga ke arah sebaliknya sekitar Jawa Tengah,” imbuhnya.
Pihaknya menegaskan, abu vulkanik Gunung Kelud tak akan jauh menyebar ke wilayah lain karena di atas lapisan atas pusaran angin yakni sekitar 14.500 meter, arah angin akan berbalik ke timur laut.
“Karena itulah sebaran debu sampai kemana-mana. Tapi karena arahnya berbalik lagi sehingga tak akan mencapai wilayah luar Jawa,” tandasnya.
Sebelumnya, Surono, Mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang juga staf ahli Menteri ESDM meminta seluruh warga yang ada di sekitar Gunung Kelud tetap mematuhi rekomendasi PVMBG agar tidak masuk wilayah 10 kilometer dari Gunung Kelud.
Penyebabnya, hingga kini gunung berapi yang paling aktif di Indonesia ini statusnya masih awas atau level tertinggi.
Surono juga berharap tidak terjadi hujan deras di puncak Gunung Kelud, karena hal itu bisa menyebabkan terjadinya lahar dingin. Material gunung api yang berat dan terbawa lahar dingin dapat menghancurkan apa saja yang menghalangi.
“Kita harus hati-hati bila terjadi hujan. Air hujan bisa menggerus dan membawa material yang dapat menghancurkan bangunan,” tutupnya.@sarifa
==== ooo ====

Abu Kelud Lebih Tebal di Yogya daripada Malang


Sebab Abu Kelud Lebih Tebal di Yogya daripada Malang
TEMPO.COYogyakarta - Abu dampak letusan Gunung Kelud dirasakan hingga daerah yang berjarak ratusan kilometer di bagian barat di Garut, Jawa Barat. Di Yogyakarta yang jaraknya 242 kilometer dari Kediri, hujan abu bahkan dirasakan lebih tebal ketimbang di Malang yang letaknya tak begitu jauh dari Gunung Kelud.
Menurut situs http://volcano.ssec.wisc.edu/ yang memuat gambar live citra udara abu Gunung Kelud, hal ini disebabkan tiupan angin menuju ke arah barat daya. Akibatnya, abu yang terbawa angin jatuh di daerah-daerah di bagian barat dan barat daya Kediri, antara lain Solo, Yogyakarta, Purwokerto, bahkan hingga beberapa kota di Jawa Barat bagian timur. Karena itu, abu di wilayah itu lebih tebal di banding daerah sekitar Kelud, seperti Malang.
Gunung Kelud yang berada di perbatasan Kediri, Blitar, dan Kabupaten Malang ini statusnya ditetapkan menjadi awas atau level IV pada pukul 22.15 WIB, Kamis, 13 Februari 2014. Lalu, sekitar pukul 22.50 WIB, gunung tersebut meletus dengan mengeluarkan semburan lava dan lontaran material ke udara hingga ribuan meter.
Letusan terus-menerus terjadi sejak letusan pertama pukul 22.50 WIB itu. Hingga pukul 02.00 WIB, Jumat, 14 Februari 2014, masih terlihat letusan diikuti kilatan petir.
Sejak letusan pertama, petugas di pos pengamatan Gunung Kelud langsung mengosongkan lokasi pengamatan yang berada dalam radius berbahaya. Petugas Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mulai meninggalkan pos pukul 22.50 WIB.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Nugroho mengatakan erupsi Kelud setinggi 17 kilometer melontakan jutaan meter kubik abu vulkanik. Abu dan pasir pada lapisan 1.500 meter terbawa ke arah timur laut, pada lapisan 5.000 meter ke arah barat laut, dan lapisan 9.000 meter ke arah barat.
Material abu dan pasir tersebut melayang-layang di atmosfir dan menyebar ke daerah yang jauh dari Kelud. "Karena itu, di wilayah barat lebih banyak terjadi hujan abu dan pasir," kata Sutopo.
TRIP B | NAFI
==== 000 ====

Erupsi Gunung Kelud Masuk Kategori Letusan Dalam

Dentuman erupsi Kelud di perbatasan Kediri, Malang, dan Blitar, Kamis (13/2) pukul 22.50 WIB, terdengar sampai Daerah Istimewa Yogyakarta

gunung keludGunung Kelud (Oki Lutfi/Fotokita.net)
Dentuman letusan Gunung Kelud di perbatasan Kabupaten Kediri, Malang, dan Blitar, Kamis (13/2) pukul 22.50 WIB, terdengar sampai Daerah Istimewa Yogyakarta. Suara tersebut dilaporkan terdengar oleh warga di Gunung Kidul.
"Suara yang terdengar oleh masyarakat Yogyakarta merupakan dentum letusan Gunung Kelud," terang Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta (BPPTKG) Subandriyo, Jumat (14/2) dini hari.
Subandriyo mengungkapkan, BPPTKG juga terus melakukan pemantuan aktivitas getaran yang terjadi di Gunung Kelud. Sebab, sebagian besar alat pemantauan di Gunung Kelud berada di BPPTKG.
"Getaran Kelud juga terekam dari seismograf di Stasiun Deles. Sebab, sumber letusannya sangat dalam," kata Subandriyo. Menurutnya, letusan Gunung Kelud pada Kamis (13/2) masih awalan, dan belum mencapai puncaknya.
(Wijaya Kusuma/Kompas.com)

==== ooo ====

 Erupsi Gunung Kelud 2014 Lebih Dahsyat Ketimbang 1990

Bisnis.com, JAKARTA - Erupsi Gunung Kelud 2014, tepatnya yang terjadi pukul 22.50 WIB, Kamis (13/2) dinilai lebih dahsyat daripada letusan Kelud pada 1990.
Wakil Bupati Kediri Maskuri menjelaskan jika pada erupsi pada 1990 wilayah Kabupaten Kediri hanya merasakan hujan abu, kini mengalami hujan kerikil.
"Erupsi Kelud kali ini lebih besar daripada erupsi pada 1990. Dahulu di Kabupaten Kediri hanya merasakan debu, kali ini mengalami hujan kerikil yang berjarak radius 35 km," ujarnya, dalam wawancara langsung dengan TVOne, Jumat dinihari (13/2).
Dia menjelaskan di ring satu sudah diungasikan sebanyak 5.000 warga 66.000, dan total warga yang mengungsi mencapai 66.000
Pemkab Kediri, ujar Maskuri, telah menyiapkan lokasi evakusi di 117 titik .

==== ooo ====

Gunung Kelud meletus, radius 30 km hujan batu

Gunung Kelud meletus, radius 30 km hujan batu - Lokasi pengungsian belum siap - Erupsi.
LENSAINDONESIA.COM: Letusan Gunung Kelud di Kabupaten Kediri, Jawa Timur membuat warga sekitar panik. Pasalnya, erupsi gunung api ini memuntahkan batu, kerikil dan abu sejauh lebih dari 30 km.
Sebagian warga mulai menjauh dari radius 10 km dari kubah lava.
“Malam ini masyarakat sudah mulai berbondong-bondong mengungsi. Ada yang naik motor, ada yang naik kendaraan pribadi,” ujar Adi, warga Desa Tawang, Kamis malam (13/02/2014).
Pengungsian ini dilakukan secara mendadak oleh warga yang bertempat tinggal di radius 10 km dari puncak Kelud tidak dikoordinir aparat desa maupun petugas evakuasi.
“Panik semua mas, karena dari radio HT sudah diinformasikan kalau Gunung Kelud sudah meletus. Makanya kami hanya membawa barang seadanya saja,” tambahnya.
Saat ini ribuan warga memadati di Lapangan Desa Tawang ini yang dijadikan lokasi pengungsian. Ironisnya lokasi penampungan ternyata masih belum siap. Padahal masyarakat sudah banyak yang berdatangan.
Status awas Gunung Kelud telah disebarluaskan kepada masyarakat, yang tinggal di radius 10 km dari kubah lava. Di Kabupaten Kediri warga yang tinggal di zona bahaya ini jumlahnya mencapai 66.130 jiwa.
Sesuai gladi posko yang digelar Kamis pagi, sudah disiapkan ratusan armada truk untuk mengangkut pengungsi. Namun yang ditunggu warga hingga semalam masih belum muncul. Warga memanfaatkan kendaraan milik warga yang ada untuk mengungsi.@fen/sis
==== ooo ====