Wednesday, February 19, 2014

Erupsi Kelud dan Sinabung: Beda Bencana Beda Dampaknya


Erupsi Kelud dan Sinabung: Beda Bencana Beda DampaknyaTRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hampir satu minggu pascameletusnya Gunung Kelud di Jawa Timur. Penanganan bencana yang baik menyebabkan berkurangnya dampak psikologis untuk para korban, khususnya anak-anak dan kaum perempuan.
Biasanya di setiap wilayah bencana anak-anak dan perempuan menjadi pihak yang rentan mengalami trauma, karena secara psikolgis mereka lemah. Diennaryati Tjokrosuprihatono, psikolog menjelaskan besarnya bencana dan kerusakan yang disebabkan akan sangat berdampak pada psikologi korban.
“Untuk Kelud ini dampaknya agak berbeda dengan bencana lainnya. Kesiapan pemerintah daerah dan satgas bencana dalam mengantisipasi meletusnya Kelud sangat baik. Ini bisa mengurangi dampak psikologis bagi pengungsi. Hanya kebosanan, kesal, dan lelah yang mungkin dirasakan oleh pengungsi Kelud," ujar Dien.
Pemerhati anak-anak ini menambahkan, efek psikologis ini berbeda dari pengungsi Gunung Sinabung di kabupaten Karo, Sumatera Utara.
Anak-anak dan perempuan disana merasakan dampak psikologis yang kuat dari bencana tersebut. Mengingat mereka sudah lama di tempat pengungsian dan penanganan dampak bencananya juga terlalu berlarut-larut.
Sementara itu, Direktur Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan Eka Viora menambahkan, untuk mengurangi dampak psikologi terhadap pengungsi, khususnya anak-anak sudah seharusnya tempat pengungsian disiapkan terlebih dahulu sebelum erupsi terjadi. Selain itu juga harus disiapkan sistem pelayanan kesehatan yang terintegrasi dengan menggerakan seluruh SDM petugas kesehatan dan kader.

Tuesday, February 18, 2014

PVMBG Ingatkan Bahaya Lahar Dingin Gunung Kelud

Kelud, Lahar Dingin Mengancam
TEMPO.CO, Bandung -Pelaksana tugas Bidang Pengawasan dan Penyelidikan Gunung Api PVMBG, Gede Suantika, memperingatkan ancaman lahar dingin pasca letusan Gunung Kelud. "Dari hasil pengamatan visual sebagian besar volume hasil letusan Gunung Kelud tersebar dalam radius 5 kilometer dari puncak," kata dia di ruang kerjanya di Bandung, Selasa, 18 Februari 2014.
Menurut Gede, sebaran volume hasil letusan gunung api itu bebahaya jika terjadi hujan deras dalam jangka waktu lama. Air dalam volume besar bisa mengangkut sebaran material hasil letusan itu mengalir masuk ke dalam sungai yang berhulu di Gunung Kelud.
Dia meminta, pemerintah daerah Kediri, Blitar, sebagian Malang, dan Jombang yang memiliki sungai berhulu di Gunung Kelud agar mewaspadai ancaman banjir lahar di lembah-lembah sungai itu. "Banjir lahar dingin itu adalah banjir campuran material vulkanik lepas dengan air," ujar Gede. (baca juga: Warga Anggap Letusan Kelud Sudah Berakhir )
Menurut Gede, banjir lahar dingin, membahayakan. Banjir lahar dingin yang berpotensi terjadi di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Kelud itu, saat terjadi alirannya bisa merusak jembatan yang dilewatinya, hingga merusak bangunan yang berada di bantara sungai jika banjir lahar itu melimpah hingga kelaur dari badan sungai. "Kalau terjadi malam hari, bisa makan korban. Semua yang dilewatinya bisa di angkut," kata Gede.
Dia menyarankan, pemerintah daerah di Blitar, Malang, Kediri, dan Jombang meniru cara warga di lembah sungai yang berhulu di Semeru untuk mengantisipasi ancaman banjir lahar itu. Dia menyarankan, pemerintah daerah membentuk sistem pemantauan swadaya masyarakat, dengan melibatkan warga yang bermukim di daerah hulu di sekitar lembah sungai jika belum punya otoritas pemantau. "Desa di hulu bisa memberikan peringatan dengan Radio HT, untuk memberitahukan desa di bawahnya jika terjadi ancaman banjir lahar," kata Gede.
Gede mengatakan, ancaman lahar dingin itu merupakan ancaman jangka panjang pasca letusan Gunung Kelud. "Selama materialnya masih ada di atas, masih ada ancaman itu," kata dia.

AHMAD FIKRI